Bila yang datang kepadamu kebaikan adalah rezeki dari Allah, bila yang datang padamu keburukan berarti engkau salah memilih.
Karena Allah itu selalu ngasih yang terbaik. Tetapi manusia yang sukanya ngeyel merasa paling tahu mana yang terbaik.
Janganlah Allah dijadikan cadangan atau dijadikan alibi atas isi hatimu. Khususkan niatnya untuk Allah semata. Keluarkan niat-niat lain selain karena Allah.
#sebuahnasehatyangkudengar
Karena ada yang tanya sama kita... "Tolong jawab dengan jujur ya... nikah tuh enak nggak sih? benarkah hanya euforia di awal tapi setelahnya hanyalah kebahagiaan yang fiksi?"
Seriously... niat adalah kunci kelancaran pernikahan. Hanya kita yang tahu niat apa yang mendasari kita menikah. Apakah benar-benar tulus untuk ibadah atau yang lainnya (bukan sekedar lipservice saja). Menikah memang ibadah, tapi berat kalau niatnya salah.
Kaya dulu kalau masih kecil, disuruh sholat. Jujur sih kalau aku niatnya bukan untuk Allah. Tapi karena disuruh itu jadi takut😅 dan memang rasanya berat, karena ngga niat, ngga ikhlas, ngga tulus, ngasal juga jadinya asal dikerjain aja. Yah namanya juga masih kecil...
Tapi kalau dibiasakan, tanpa sadar 'niat' itu jadi ter-mindset dalam pola pikir kita. Ya pokoknya ngelaksanain kewajiban aja. Akhirnya malah jadi mempengaruhi segala aspek kehidupan... bahkan hingga ke jenjang pernikahan.
Nah... pada akhirnya, niat yang tidak lurus itulah yang menjadikan kehidupan pernikahan penuh tekanan.
Jadi... kalau memang mau menikah, persiapkan niat dengan baik dan benar. Niatkan yang lurus, hanya untuk ibadah. Hilangkan segala niat selain karena Allah semata. termasuk karena cinta... (kenapa? yah nanti kalau udah nikah juga faham... abis yang udah-udah kalau dibilangin ngga ada yang percaya☺)
Jadi... kalau memang mau menikah, persiapkan niat dengan baik dan benar. Niatkan yang lurus, hanya untuk ibadah. Hilangkan segala niat selain karena Allah semata. termasuk karena cinta... (kenapa? yah nanti kalau udah nikah juga faham... abis yang udah-udah kalau dibilangin ngga ada yang percaya☺)
Sedih sih karena asumsi orang-orang sekarang, menikah itu hanyalah... 'kebahagiaan yang fiksi'. Bahagia tapi penuh tekanan. Banyak yang jadi takut menikah karena hal ini... termasuk yang melontarkan pertanyaan ini.
Hidup tentunya penuh dengan tekanan. Tapi... hidup takkan setertekan itu kalau kita bisa menyelaraskan ekspektasi dan realita.
Semakin tinggi ekspektasi kita, semakin tinggi pula tingkat kekecewaan yang akan dirasa. Karena yang kita pikirkan hanya bahagia, jadi kitanya capek sendiri...
Semakin tinggi ekspektasi kita, semakin tinggi pula tingkat kekecewaan yang akan dirasa. Karena yang kita pikirkan hanya bahagia, jadi kitanya capek sendiri...
Loh iya dong, kita harus bahagia. Masa hidup ngga boleh bahagia?
Ya jelas hidup harus bahagia dong... kan cuma sekali. Tapi yang difokuskan bukan cuma cari kebahagiaan saja. Carilah keberkahan, agar dalam keadaan apapun rasanya selalu bahagia. Nah...
Karena kalau berkah pasti bahagia. Kalau bahagia tekanan apapun rasanya enjoy banget dijalanin. Bahkan rasanya... kaya belum ada ujian aja.
Aku sendiri mencermati pernikahanku dalam setahun ini, entah kenapa ya... kok rasanya fine-fine aja. Alhamdulillah semuanya berjalan baik kecuali... anak😊 (inilah ujianku dan mas hehe).
Aku sendiri mencermati pernikahanku dalam setahun ini, entah kenapa ya... kok rasanya fine-fine aja. Alhamdulillah semuanya berjalan baik kecuali... anak😊 (inilah ujianku dan mas hehe).
Jadi, kalau ada yang bilang setelah menikah malah nggak enak dan banyak ngeluhnya, coba istighfar dan luruskan niatnya... mungkin niatnya sudah berbelok... bukan untuk-Nya... Miris juga melihat yang baru hitungan bulan udah cerai😔 na'udzu billahi mindzalik...
hidup ini isinya ya hanya dua: hal-hal yang kita sukai dan yang tidak.
Pastinya, dua-duanya ada. Dua-duanya selalu ada. Kadang seiring, ada kala bergantian, dan berselang-seling. Dalam pernikahan pun demikian.
Ada saat, ada waktu, ada kala, ada kondisi, ada hal, ada keadaan, semuanya dalam konteks disukai dan tidak.
Tetapi dalam hal apapun itu, disukai atau dibenci, menyenangkan maupun memprihatinkan, melahirkan tawa ataupun tangis, membuat gelak maupun isak, whatever lah~ pokoknya senantiasa berharap barokah menyertai.
Semoga Allah selalu himpun kami berdua dalam kebaikan, Aamiin YRA❤️
- dikutip dari buku "Bahagianya Merayakan Cinta" karya Salim A. Fillah -