Jumat, 21 Desember 2018

Dipersatukan Setelah Saling Mengikhlaskan

Yang masih tak disangka-sangka... ku bisa bertemu dengan dia... lagi... Alhamdulillah... kami dipersatukan bukan lagi dalam keadaan baru bangun tidur. Tapi sudah sama-sama mandi, sudah sama-sama dandan. Sudah sama-sama memantaskan diri menjadi lebih baik... Insyaa Allah

(Sebelumnya... kisah ini ditulis tanpa bermaksud apapun ya. Tanpa bermaksud kami merasa sudah baik, atau lebih baik, kami sama sekali tidak merasa benar. Tetapi kami sungguh bersyukur, betapa Allah izinkan kami untuk memantaskan diri, mematangkan diri untuk akhirnya benar-benar dipersatukan. Berharap semoga melalui kisah ini, ada ibrah yang dapat dipetik. Selamat membaca~)

*****

Aku ngga menaruh harapan besar waktu kamu dan orangtuamu akhirnya datang ke rumah.
Yang aku pikirkan adalah: Ini pasti ujian apakah aku sudah mantap berhijrah belum? apakah aku akan tergoyahkan lagi?

Karena satu tahun sebelumnya kami sudah upayakan segala cara untuk menikah... namun Allah tak izinkan. Kami pun memilih untuk saling mengikhlaskan. Siapa sangka di kemudian hari Allah kembali persatukan?

Hari itu... entah kenapa aku bilang, "Iya aku siap," saat ayah dan ibumu bertanya, apakah aku siap jadi istrimu?

Aku sebenarnya malah ragu...

Sahabat-sahabatku yang bertanya, kenapa kuterima lamarannya? Aku menjawab: Aku nggak tahu.

Aku juga bertanya kepada diri sendiri, kenapa? Aku juga bertanya sama Allah, kenapa? kok dia lagi. Aku sudah memantaskan diri, tapi kenapa dia lagi?

Tapi... semakin aku istikharah, justru semakin dipermudah jalannya. Rencana lamaran yang mestinya sehabis lebaran malah maju satu bulan. Tiba-tiba saja.

Kami cuma punya waktu 2 bulan untuk mempersiapkan (malah tadinya 1 bulan tapi keluarga mas minta diundur karena terlalu mepet, untunglah😅)

Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba... Padahal sebelumnya Ayah sudah ketuk palu tidak mengizinkan aku menikah sama mas.

Masya Allah... memang kalau Allah sudah berkehendak... kita bisa apa? Allah is the greatest planner.

Aku teringat nasehat dari seorang sahabat...
Jodoh itu ada 2 macam. Baik dan Buruk. Allah memberikannya tergantung cara kita dalam mengambilnya. Mau diberikan secara lembut, atau dilemparkan penuh amarah?

Kalau caranya benar, insya Allah berkah pernikahannya. Kalau caranya salah... na'udzu billahi min dzaalik... 

Setahu kita sih... memang diberi sesuai keinginan kita.
Ternyata... Allah bukan memberikan dengan uluran lembut penuh keridhaan... tapi dilempar ke wajah kita penuh amarah dan laknat,
"Nih ambil! Terserah mau jungkir, mau nyungsep, ambil aja!"
Astaghfirullaahal 'adziim

Entahlah... dari pengalaman yang kami lalui, aku bersyukur & berhusnudzan thinking aja (semoga) Allah memang menuntun kami supaya melalui jalan yang benar.... wallahu a'lam bisshawab

Tetapi, yang justru paling kusyukuri adalah... ternyata dia sudah berubah menjadi jauh lebih baik... lebih baik daripada aku yang merasa sudah menjadi baik 'kok bisa-bisanya dipertemukan orang yang dulu lagi'...

Maafkan aku mas... sempat meragukanmu❤ Jodoh memang cerminan diri. Walaupun jodohnya tetap itu-itu juga, kalau kita sudah memantaskan diri tentunya bayangan di dalam cermin juga berubah seiring perbaikan dalam diri kita.

Ibarat kita udah dandan, ya keuleus di cermin bayangannya belum dandan?


akhirnya sejak 9 September 2017 lalu, kami telah sah menjadi sepasang suami istri💘

Tidak ada komentar:

Posting Komentar