Kalau yang kesini karena bermaksud mendapatkan kiat-kiat kok bisa aku hamil tanpa promil, tanpa terapi, dengan riwayat keguguran berulang... Mohon maaf, mungkin kalian akan kecewa. Sebab aku sendiri tidak tahu kenapa ini bisa terjadi..... Qodarullah. Hanya Allah yang tahu kenapa ini bisa terjadi, Kalau Allah sudah berkehendak, kita bisa apa?
Tapi... mungkinkah proses detox yang sedang kujalani berperan dalam kehamilanku ini? Wallahu a'lam bisshawab. Nggak ada salahnya untuk dicoba. Kalau ada yang mau tau proses detox apa yang kulakukan, nanti ya aku kasih ceritakan di lain post (tapi aku sudah pernah sharing via IG-stories sih hehe). Karena postingan kali ini khusus untuk menceritakan gimana kronologisnya bisa ketahuan hamil (Warning, ceritanya akan penuh curcolan as always ya haha)
___
Sabtu, 15 Juni 2019, hari itu untuk pertama kalinya aku datang ke Klinik Yasmin, RSCM Kencana. Setelah berbulan-bulan menata hati dan mempersiapkan mental, akhirnya aku berani juga untuk memulai terapi... akhirnya aku berhasil berdamai dengan kehilangan-kehilangan yang kualami. Akhirnya aku bisa mengikhlaskan diri, dan siap menghadapi segala ketentuan-Nya. Sekalipun kemungkinan yang terburuk. Aku siap. Ya, memang belum tuntas pengobatan keguguran terakhirku. Karena begitu aku tau apa aja yang harus aku cek, tiba-tiba nyaliku ciut. Butuh waktu 4 bulan untuk memantapkan hati... dan akhirnya aku memilih untuk memulai lagi semuanya dari nol. (Cerita selengkapnya bisa baca di sini)
Tapi, yang tidak kami ketahui... bahwa sebenarnya hari itu Allah sudah memulai pembentukan calon anak kami dalam rahimku, Masya Allah... |
Alhamdulillah, meski baru buat appointment kemarin sorenya, masih rezeki kebagian jatah pasien dr. Budi Wiweko hari itu. Betapa kagetnya
kami begitu pintu lift terbuka dan melihat ruang tunggu sudah sangat
ramai. Atmosfer-nya cukup mencekam. Sangat berbeda jika aku ke poli
kandungan biasa dan ini lebih baik (bagiku). Setidaknya aku tidak perlu
merasa terintimidasi oleh pendar-pendar kebahagiaan pasutri yang sedang mengontrol buah hatinya.
Singkat cerita, kami pun pulang dengan seberkas surat pengantar cek laboratorium. Di akhir sesi konsultasi, dr. Budi Wiweko bilang, "Nanti kalau hasilnya udah keluar semua baru balik lagi ya Bu".
Unexpectedly, bulan berikutnya aku telat haid! Satu hari telat dan aku masih kalem, mungkin karena aku kecapekan aja. Walaupun aku tau, aku tipikal yang tidak pernah telat. Telat satu hari saja... (dari pengalaman-pengalaman sebelumnya) pasti positif hamil. Hari kedua aku telat aku lupa, soalnya sibuk nyiapin acara halal bi halal di rumah, bahkan setelahnya aku minta diurut karena tepar maksimal. Kebetulan minggu itu aku benar-benar hectic. Yang ngurut bilang badanku anget, jadi dia nggak berani kenceng-kenceng. Untunglah, si ibu memang lembut banget ngurutnya. Kondisinya aku sudah hamil 4 minggu ternyata... Nggak ada yang tau kecuali Allah
Hari esoknya aku beneran demam. Aku pun bedrest. Lalu, pas mau sholat dzuhur aku baru ngeh, Loh kok aku belum haid juga ya? Tapi aku nggak berani berpikir aku hamil. Aku justru takut kalau sampai hamil! Pengobatannya belum juga mulai!! Tapi... aku harus memastikannya. Kusuruhlah adikku untuk beli testpack. Honestly, aku benar-benar berpikir: semoga bukan hamil.
Sudah nampak pudar karena aku baru foto berhari-hari setelahnya (sampai detik ini masih disimpan malah haha) |
Awalnya aku lega... kirain negatif. Kirain. Ternyata, hasilnya mesti ditunggu beberapa menit (aku baru nyoba merk Akurat. biasanya OneMed dan langsung muncul aja sih). Garis merah yang semula hanya 1 kemudian setelah 3 menit tiba-tiba muncul menjadi 2. Nggak pake malu-malu lagi muncul garis duanya! Langsung kek dicoret pake spidol merah permanen. Seolah nunjukkin bahwa aku beneran hamil. Karena kalau garisnya samar aku akan anggap bukan hamil wqwq #segitudenialnya
Jantungku rasanya mencelos. Duh gimana nih... saat itu dunia terasa zonk seketika. Aku bingung harus gimana. Harus senang kah? Harus sedih kah? Terbayang seketika kenangan-kenangan keguguran yang kualami... Tapi... apa boleh buat, sudah terlanjur positif (hamil)... aku cuma bisa berserah kepada-Nya
Tadinya, aku mau menyembunyikan hal ini. Liat nantinya aja gimana. Tapi, aku kan lagi mau terapi. Mungkin aja bisa dapat penanganan yang lebih tepat, kalaupun... harus mengalami keguguran lagi, bisa langsung dicari solusinya. Segitu takutnya berharap... Akhirnya setelah beberapa hari menimbang & memutuskan... aku kasih tau masse hasil TP-ku. Responnya? Seneng bukan main. Bahkan dia langsung telpon orangtuanya. Malunya aku... Sebenarnya yang sebelum-sebelumnya keluarga kami memang nggak pernah tau aku hamil. Taunya aku hamil ya pas aku keguguran. 'Oh ternyata Sarah lagi hamil' (Soalnya kami berniat ngasih tau kalau udah ada detak jantung janinnya... tapi nggak pernah berdetak jantung mereka...)
Masse, beneran seneng banget. Dia sampai cium-cium perut aku. Dia selalu begitu. Dia selalu nangis kalau tau aku hamil. Aku takut... takut melihat dia kecewa lagi. Setiap aku keguguran, dia juga nangis. Itulah yang paling membuat aku sedih ketimbang kehilangan anak, tapi melihat hancurnya hati suamiku... huhu
Lalu, karena belum semua pemeriksaan lab kami lakukan, kami langsung bikin appointment secepatnya untuk cek lab. Karena cek kromosom itu hasilnya keluar dalam 2 bulan, sementara yang lainnya dalam 2-3 jam sudah keluar. Makanya, kami belum melakukan cek yang lain nunggu hasil kromosom dulu, baru yang lainnya (karena hasil lab itu 'kadaluarsa'nya cepat, tidak boleh kejauhan jaraknya dengan konsultasi dokter).
Tapi, karena aku bilang ke petugas lab-nya kalau aku baru positif hamil, dia justru nyaranin aku jangan cek lab dulu, konsultasi ke dokternya aja dulu. Soalnya ternyata rangkaian tes lab-nya itu adalah pemeriksaan untuk melihat potensi/peluang hamil. Kalau sudah terlanjur hamil ya buat apa, ceunah. Kemudian, si petugas lab langsung menyambungkan teleponku ke susternya dr. Budi untuk konfirmasi, "Sus, saya tempo hari konsul sama dr. Budi dan diminta melakukan tes lab. Tapi ternyata saya hamil, apa tetep tes lab blablabla?" kataku menyebutkan tes-tes yang disuruh.
"Oh nggak usah Bu, Ibu langsung konsultasi aja sama dokternya," katanya.
"Tapi, ada yang belum keluar hasil lab-nya juga. Waktu itu disuruh baliknya kalau udah lengkap hasil lab-nya, gakpapa?" tanyaku lagi. Monmaap anaknya emang polos banget wqwq
"Ya nggak papa dong Bu. Bilang aja nanti, Dok saya sudah hamil. Gimana tindakan selanjutnya? Nanti dibantu dokternya buat selanjutnya ibu mesti apa," jawab susternya. Dia sepertinya sadar ibu-ibu yang satu ini masih polos beud, jadi didiktein hahaha
"Oh baiklah Sus. Jadi sekarang saya langsung buat appointment aja ya?"
"Iya Bu. Lebih cepat lebih baik. Langsung ke call center aja ya," katanya, dan kemudian aku berterimakasih, lalu sambungan telponku kembali ke petugas lab.
"Gimana Bu, tetep cek lab?" tanya si petugas lab.
"Nggak usah Mbak, katanya konsul sama dokter-nya dulu," jawabku.
"Nah iya Bu. Soalnya tes-tes itu memang dilakukannya sebelum hamil. Mungkin nanti dokternya bakal ngasih anjuran tes lain sesuai kondisi ibu yang sudah hamil," katanya lagi.
"Iya, makasih ya Mbak atas bantuannya"
"Ada lagi Bu yang bisa saya bantu?"
"Cukup Mbak"
"Baiklah terima kasih, selamat pagi"
"Pagi"
Selanjutnya, aku bergegas menelepon call center RSCM Kencana untuk membuat perjanjian konsultasi dengan dr. Budi Wiweko.
P.S. Ini membuat aku salut sama RSCM Kencana, ternyata pelayanannya se-responsible itu. Seneng banget! Semua petugasnya, susternya, sangat ramah!
___
___
Rabu, 10 Juli 2019 (Kontrol kedua -dadakan-)
"Gimana Bu, sudah ada hasil lab-nya?" tanya dr. Budi Wiweko melihat kami datang lagi. Mungkin dokternya bingung, kok si ibu udah balik lagi, baru juga 2 minggu yang lalu
"Belum dok. Karena hasil kromosom baru keluar 2 bulan," jawabku.
"Iya lama memang," sahutnya.
"Kalau yang lainnya, belum sempat kami cek karena niatnya nunggu hasil kromosom dulu. Tapi ternyata-"
"Ibu hamil?" ucapanku langsung dipotong dokternya. Sangat peka ternyata pak dokter ya haha
"Iya Dok..." lirihku
"Wah bagus dong. Alhamdulillah, selamat ya Bu. Ibu tenang aja ya tenang," jawabnya dengan sumringah. Aku juga mendengar susternya langsung mengucap Alhamdulillah. Ketakutanku seketika mereda... aku sebenarnya khawatir bakal diomelin, Kok hamil sih! Emang nggak pakai pengaman apa wqwqwq ya gakmungkinlah. Cuma ke-halu-anku aja mikir begitu. Tapi perasaan sih udah jaga-jaga banget kok main aman. Menghindari tanggal-tanggal subur juga. Kok bisa kebobolan? Qodarullah (soalnya sama dokter yang sebelumnya kan di ultimatum jangan hamil dulu...)
"Yaudah yuk kita liat dulu," kata dr. Budi Wiweko kemudian. Aku pun masuk ke balik tirai dan bersiap untuk melakukan USG Trans-V dibantu suster. Saat itu susternya berkata, "Alhamdulillah ya Bu, rezeki lebaran," bisiknya. "Tapi saya takut Sus..." jawabku curcol. "Insyaa Allah nggak papa kok Bu," katanya lagi. Ah, kalimat-kalimat sesimpel itu ternyata bikin aku tenang banget.
Saat di cek qodarullah kantungnya sudah terlihat... masya Allah...😭😭😭 jadilah langsung dikawal ketat banget seminggu sekali mesti check up. Aku juga diresepkan obat penguat dalam dosis tinggi, Duphaston 3x sehari. Waww, gila sih. Tapi ya ini adalah bagian dari ikhtiar kami. Fyi, penguat itu sebenarnya berisi hormon progesteron sintesis ya. Jangan sekalipun ngide untuk coba minum, "biar kandungannya kuat' harus atas anjuran & pengawasan dokter.
Walaupun aku sebenarnya sudah sangat-sangat-sangat pasrah. Aku nggak berani optimis... Cuma bisa husnudzanbillah, berserah sama Allah aja Allah maunya gimana... dan ternyata... dia bertumbuh dengan sehat Alhamdulillah. 14 minggu sudah usianya kini... Masya Allah kamu bertumbuh dengan sehat Nak... insyaa Allah 2 pekan lagi Allah kasih Ruh sama kamu ya... Bismillah, laa hawla wa laa quwwata illa billah
Waktu usianya 12 minggu, masya Allah Tabarakallah... dan kini dia sudah 14 minggu, Alhamdulillah... semoga sehat selalu ya Nak! |
Mungkin klise. Sekarang, dengan pengalaman seperti ini aku menjadi nggak bisa percaya apapun lagi selain Allah. Aku udah divonis macem-macem sampe -katanya- gakbisa hamil lagi karena terlalu sering keguguran. Aku harus ngelakuin serangkaian cek & terapi macem-macem demi bisa punya anak bahkan disuruh bayi tabung aja. Tapi, qodarullah, aku hamil tiba-tiba, nggak promil (malah lagi dijaga-jaga kan supaya jangan hamil). Belum sempet terapi apapun... Nggak ada persiapan apapun juga... tapi, inilah kuasaNya...
Beneran loh, ada yang mendiagnosa aku bahwa peluang hamilku menjadi sangat menurun karena seringnya keguguran. Bahkan mungkin tidak bisa hamil lagi. Makanya, aku disuruh jangan hamil dulu. Pemulihan rahim mungkin setahun atau 2 tahun. Aku udah se-hopeless itu...
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
(Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
(Surat Al-Baqarah, Ayat 117)
(Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
(Surat Al-Baqarah, Ayat 117)
Finally... after every storm, there is a rainbow.. Masya Allah Tabarakallah
Honestly, pregnancy after loss is such a complicated thing to navigate, while I'm so deeply grateful for the chance to have a baby and he/she is healthy so far (Alhamdulillah) but I'm very afraid at the thought of this baby's heart stopping without my awareness again....
I decided to share this story because of two reasons: 1st, we are wanting this baby get as many good thoughts and prayers as possible for health & strength... (Alhamdulillah jazzakumullahu khoyr for all the supports & prayers to us️)
2nd, to shine light on what it is to expect again after miscarriage. So many women have the same or similar stories to mine and the most important thing I have found in this journey is to remember that we aren't alone. Especially we have Allah, innallaha ma'ana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar