Haii selamat datang di channel blog saya!
Karena saya hobinya nulis, jadi, ketimbang ngevlog tentunya saya lebih milih ngeblog☺ and this is it~ hasil petualangan saya bersama suami. Literally ini kali pertama dalam hidup saya untuk liburan secara ‘ngeteng’. Secara, suami yang jiwanya memang backpacker abis. Rangga? haha
Sebelumnya, terima kasih kepada yang melipir kemari~ semoga kalian berkenan membaca hingga selesai😊
---
Honeymoon kita sederhana, cuma ke Jogja dengan transit sebelumnya di Semarang. Jadi sebuah pelajaran juga sih karena ibarat peribahasa yang bilang, setali tiga uang. Jadi ngga sekedar pulang pergi aja, perjalanan menuju destinasi utamanya juga menjadi liburan tersendiri-kata masse.
Perjalanan dalam rangka bulan madu ini tentunya ngga dadakan. Tiket sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari. Tepatnya disiapin sama suami. Thankyou so much masse~ maafkan gagal surprise karena aku ngambek hahaha🙈
When I asked to him: Kita bakal honeymoon nggak? Kemana? Tapi dia ngga mau kasih tau dan gue ngambek wkwkwk. Akhirnya dikasihlah clue: Jogja.
Terus gue nanya lagi, “Kita bakal wisata alam apa urban?” Tapi dia bilang surprise dan gue bete, maksa minta dikasih tau wkwkwk.
“Haduh, maksudnya tuh supaya kejutan dong sayang kamu rese nanya mulu”.
“Haduuuh, mas! Perempuan tuh gabisa di surprise-surprise masalah jalan-jalan. Kan harus disesuaikan dong outfitnyaa. Nanti tau-tau nanjak aku bawa bajunya buat ngemall”.
“Yaudah, pokoknya kamu siapin aja baju yang cocok untuk wisata alam dan urban,” ujar masse nyerah.
Pada akhirnya nanti, gue akan sadar suatu hal. Apa makna sebenarnya dari ‘kejutan’ dalam sebuah perjalanan yang dimaksud mas. At least... dimulai dulu lah yaa ceritanya. So, let’s get started!
Beruntung ada promo dari KAI, nah tipsnya juga kalau memang mau holiday on budget, up to date** sama promo tiket kereta/pesawat. Terus cari tanggal yang pas deh. Biasanya info promo itu ngga mungkin dadakan, pasti dari berbulan-bulan sebelumnya udah diblast. **Which means tungguin aja dulu promonya supaya bisa jalan-jalan! hahaha
--
Minggu, 10 September 2017
Peluit panjang semboyan 41 telah dibunyikan, pukul 16.15 kereta Argo Sindoro melaju membawa kami berangkat dari stasiun Gambir menuju stasiun Semarang Tawang. Hari itu kami berangkat tak hanya berdua. Ada sepasang suami-istri yang juga baru melangsungkan pernikahan di tanggal yang sama dengan kami. Dia adalah rekan sesama guru di tempat mas ngajar, SMA Muhammadiyah 13 Jakarta. Double honeymoon, name it!
Bersyukur, hanya dengan seratus ribu rupiah, kami bisa naik kereta kelas eksekutif. Tanpa promo kereta ini dikenakan tarif Rp 500.000 !!
Sekitar jam 10 malam, kami akhirnya tiba di stasiun Semarang Tawang. Beberapa saat sebelum kereta sampai di pemberhentian terakhir, kami sudah booking hotel via aplikasi Reddoorz.com.
Keuntungan menggunakan layanan hotel budget adalah: mereka punya standar mutu fasilitas. Lengkap dan ngga berlebihan untuk sekedar bermalam dengan nyaman. Ngga perlu mahal, toh cuma semalam, karena keesokannya kami akan langsung menuju Jogja~ (btw karena kelamaan ngedit ini blog gue lupa dongg rate hotelnya!😅 yang jelas ngga lebih dari 200k sih…)
Maka setibanya kami di Semarang, kami langsung bergegas menuju hotel dengan grabcar. Nah, ini enaknya jaman now. Udah ada armada online yang masuk ke Jawa kaya, jadi sangat memudahkan & melancarkan banget untuk traveling.
Selepas check-in di hotel Reddoorz @ Sultan Agung alias Hotel Elizabeth, kita keluar untuk mengisi perut yang kelaparan. 6 jam ngga ketemu nasi huhuhu... ah dasar Indonesia!
PS. cuma makan pecel ayam aja, bersyukur masih ada yang buka (karena saat itu jam sudah hampir menuju pergantian hari).
Senin, 11 September 2017
Hari masih cukup pagi dan kami sudah dalam perjalanan menuju Lawang Sewu. Icon paling hits-nya Semarang.
Roti sobek sisa bekal untuk di kereta menjadi pengganjal perut kami pagi itu. Kalau Aji-nama teman mas- dan istrinya, entahlah apa mereka sudah mengganjal perutnya atau belum.
Dengan grabcar kami menuju Lawang Sewu. Ini kali pertama aku ke Lawang Sewu, walaupun sebenarnya aku orang Semarang-turunan dari ayahku. Aku ngga pernah mau ke Lawang Sewu, honestly... Habisnya, selama ini kan Lawang Sewu terkenal dengan kemistisannya.
Aku baru tahu (setibanya di sana), kalau Lawang Sewu itu sebenarnya adalah museum Kereta Api-nya KAI. Kukira... bangunan ini merupakan Rumah Susun peninggalan zaman Belanda. haluuuuu banget gue! Bisa-bisanya kepikiran rumah susun 1000 pintu yang dihuni oleh 1000 KK 😂
Lawang Sewu yang tak lagi horor... Pemugaran Lawang Sewu dikerjakan pada tahun 2008-2011 |
Waktu kesini, ada beberapa spot yang rasa-rasanya masih terasa hawa mistisnya, haha. Overall, tempat ini udah keren banget sekarang!
Yang paling berkesan adalah miniatur kereta zaman old yang menggemaskan! Pokoknya mesti ngajak Rafa kesini, pasti dia seneng banget!
Banyak juga spot untuk ngambil foto yang ciamik! Sayangnya waktu itu sikonnya lagi lumayan ramai, jadi malu buat foto...Yang paling berkesan adalah miniatur kereta zaman old yang menggemaskan! Pokoknya mesti ngajak Rafa kesini, pasti dia seneng banget!
Tapi ngeri juga ding kalau ajak Rafa. Nanti minta dibawa pulang bisa gawat😅 |
(((GEMES))) pengen bawa pulang juga buat dipajang😆 |
#milenialsyangpemalu
engineering candid is my styleee~ |
Oh iya, baiknya kesini kalau sore-sore gitu, ketika cahaya matahari lagi syahdu~ supaya ngga silau dan over contrass pas lagi foto-foto.
Naik sampai ke lantai paling atas alias loteng-nya Lawang Sewu. Semacam lapangan tenis gitu masa (?) Nggak berani foto-foto pun stories-an waktu di sini karena khawatir... ada penampakan!😂 |
Akhirnya setelah puas menjelajah setiap sudut gedung yang ternyata tidak berpintu seribu itu, kami pun kembali menuju hotel. Naik grabcar lagi tentunya.
Jadi, lawang dalam bahasa Jawa artinya adalah pintu. Karena gedung ini memiliki banyaaak sekali jendela yang besar-besar sebesar pintu... maka akhirnya masyarakat menyebut gedung ini Lawang Sewu.
---
Pulang dari Lawang Sewu kami dirundung rasa lapar. Awalnya, kami ngga mau makan di hotel tapi akhirnya kami memilih makan di hotel. Karena di sekitaran hotel harganya jauh lebih mahal daripada di hotel😅 (Udah masuk dan duduk di salah satu rumah makan sop iga dan keluar lagi wkwkwk).
Kenapa ngga mau? Karena kita underestimate rasanya ngga enak. Kalau harganya kita udah tahu karena di kamar ada menu-nya. Standar untuk harga hotel lah.
Kita akhirnya pilih menu breakfast nasi goreng sama telor ceplok. Beyond expectation! Ngga nyangka kalau rasanya enak dan porsinya cukup besar. Harganya Rp 25.000/porsi.
Satu hal yang nyenengin adalah, ada teh yang bisa kita seduh secara gratis maupun air putih yang bisa kita isi ulang sepuasnya dengan cuma-cuma.
Satu hal yang nyenengin adalah, ada teh yang bisa kita seduh secara gratis maupun air putih yang bisa kita isi ulang sepuasnya dengan cuma-cuma.
Of course kita ngga pesen minum hahaha kalau ada yang gratis kenapa harus bayaaar #dasarnggamodal (tapi kalau es teh bayar ya wkwkwk) PS. Bahkan aku sengaja balik ke kamar di sela-sela kita makan buat ngambil botol minum supaya bisa direfiil.
Selesai makan, kita langsung berkemas dan check out dari hotel Elizabeth. Waktu hampir menunjukkan pukul 12 tepat saat itu dan kita memutuskan naik trans Semarang menuju terminal Terboyo. Tarifnya Rp 7.000/orang.
---
Belum jam 1 siang waktu kita sampai di terminal pusat kota Semarang tersebut. Sementara bis yang akan membawa kami menuju Jogja baru ada pukul 1 siang. Sepertinya kami menunggu selama 30-45 menit (lupa) sampai bis datang.
Kami kemudian naik bis patas AC Nusantara dengan tarif Rp 55.000/orang. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 4 jam dari terminal Terboyo-Semarang menuju terminal Giwangan-Jogja.
Baiklah~ sampai di sini dulu yaa. Sampai bertemu di part II 😉 P.S. Sayangnya flashdisk-nya hilang jadi hilanglah semua fotonya hiksss kecuali yang pepotoan pakai kamera hp :"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar